Rabu, 30 Januari 2013

KEBODOHAN KESEKIAN KALI

pinjami saya bahu. pinjami saya sebuah dekapan.sepertinya saya akan habiskan malam ini dengan tangisan.
kebodohan yang entah sejak kapan mulai tumbuh lagi dan kembali terulang lagi. saya teriak capek dengan apa yang saya lakukan ini, tapi kenapa saya ulangi lagi? plin plan! gak punya pendirian! stupid!
saya keluar dari kebodohan dan kembali memasuki kebodohan baru. lantas kapan semua ini berakhir?
Tuhan sayang saya, sangat sayang sepertinya. cobaannya silih berganti saling sambung. saya diberikan kesedihan yang kemudian diobati dengan kebahagiaan. lantas dicuci lagi dengan kesedihan.
Tuhan, salahkah kalau saya meratapi apa yang saya alami saat ini?
saya tau di pikiran dan hatinya masih penuh dengan orang lain. dia masih berada dalam bayang-bayang masa lalu. tapi kenapa saya jadi terlalu tidak jelas begini dengan dia. saya yang gak jelas!
awal sebagai teman, saya yang curhat lebih dulu, kemudian dia jatuh dan saya dengarkan curhatnya. awal sebagai rasa balas budi. lama-lama melenceng. perhatian dan semua. saya yang salah.
saya tidak tau apa yang saya rasakan, apa yang saya inginkan. ya mungkin bukan tidak tahu, tapi tidak yakin.
bagaimana saya bisa yakin dengan orang yang masih diselubungi masa lalu?
saya sadar semua ini sekarang sudah lebih dari kedekatan seorang teman. ini bukan lagi teman, bahkan lebih dari sahabat. saya tau saya punya perasaan yang lebih untuk dia, tapi saya tidak bisa selama dia sendiri tidak keluar dari masa lalunya. saya ragu. saya ragu kemana mau saya bawa semua ini sekarang?
saya terlalu takut.

Senin, 05 September 2011

ceritaku *khayalku

Hari ini aku ingin ngobrol mengenai keasikanku. Kebiasaanku membangun dunia sendiri. Tentu bukan dalam arti yang sebenarnya.

Aku membangun dunia sendiri a.k.a. berkhayal. Entah kenapa, aku lebih memilih berkhayal ketimbang menulisnya. Mungkin karena aku tidak pintar memilih kata-kata hingga dunia itu terasa sangat nyata.

Dalam khayalanku, semua begitu nyata, terkadang aku sulit membedakan kapan aku berada di dunia ku, kapan aku berada di dunia nyata. Semua terasa sama nyatanya. Justru duniaku jauuuhhhhhh lebih indah. Lebih menyenangkan. Lebih mempesona. Dia mampu menyekapku dalam rayuan keindahannya.

Beberapa hari ini sebuah skenaario menggoda duniaku untuk bermain peran padanya. Sebuah cerita romans sederhana, namun menggoda. Sebuah kisah tak romantis namun penuh kasih sayang yang tulus.

Cerita itu bermain sangat nyata dalam khayalku, membuat sang sutradara ini tertarik untuk bergabung dan ikut mengambil peran di sana. Peran yang di dalam dunia nyata tak mungkin pernah bisa kujalani, meski dalam keadaan mabuk sekalipun.

Aku menyukai peran itu. Aku jatuh cinta pada sosok sang tokoh. Aku ingin seperti dia, berada di sisi orang yang disayangi dan menyayangi dengan tulus. Bersama dalam berbagai ketidakselarasan. Kesenjangan tak menjadi soal. Keterpautan yang justru membuat rasa itu terasa sangaaattttt tulus, bersih tanpa campur tangan nafsu.

Keluguan dalam menjalani perasaan yang tidak sederhana, memberi kesederhanaan pada setiap rasa yang dia curahkan dan dia terima.

Aku jatuh cinta pada sosok yang merayuku untuk berperan menjadi dia. Aku seakan dapat merasakan luapan rasa darinya dan dari sosok satunya. Keinginan rasa untuk bersama, saling menjaga, melengkapi, berlomba memberi rasa lebih besar.

Aku jatuh hati pada sosok yang terus merayuku untuk menjadi dia. Aku menjalani setiap skenario yang kuukir dalam duniaku. Meskipun aku sadar, semakin kujalani semakin dalam aku terperangkap dalam dunia khayal itu. Aku pernah terperangkap, dan butuh usaha tak sedikit untuk lepas darinya.

aku seperti menggali sebuah lubang dalam, kemudian penasaran dengan apa yang ada di dasarnya, tetap terjun meski aku tahu tak mudah untuk bisa keluar lagi dari lubang itu.

Dan sekarang aku menerima akibatnya. Aku ingin skenario ini menjadi nyata, aku ingin tak lagi berperan menjadi dia, aku ingin menjadi dia. Benar-benar dia. Bukan lagi kepalsuan dalam dunia khayal itu.

Tapi tidak mungkin, tidak mudah menjalani semua itu. Aku tak bisa untuk itu. Menjadi dia butuh keberanian besar, dan aku tidak memiliki keberanian barang secuilpun.

Aku kembali terperangkap. Betapa bodohnya aku yang selalu mudah tertarik.

Khayalan tak mungkin jadi nyata, adhe!!

Selasa, 09 Agustus 2011

Keputusan Final (kuharap)

Sudah beberapa bulan ini aku galau, dan mencapai puncaknya beberapa hari belakangan (dalam mnggu ini). Aku merasakan kebahagiaan dak kesedihan dalam tarikan nafas yang sama. Aku merasa saat itu juga mampir ke surgaku, namun dilanda kecemasan terperosok dalam jurang neraka di tepi pijakanku.

Aku pernah cerita mengenai rasa sukaku pada seseorang. Kedekatan yang berawal dari teman, dan lama-kelamaan kusadari ada rasa yang lebih dari sekedar teman bermain dalam salah satu locker hatiku dengan ukiran namanya. Aku mengharap dia tau, tapi tak berani bilang, hingga akhirnya muncul orang lain dan mengisi posisi di sampingnya. Aku meyakinkan diriku bahwa kami "teman" tak lebih, aku harus terima kenyataan itu, tapi siapapun yang melihat kedekatan kami pasti akan berpikir kalau kami lebih dari sekedar teman (aku jamin itu).

Setelah event yang mendekatkan aku dengannya berakhir, kupikir aku bisa melupakannya. Kupikir teror patah hati itu akan usai dihapus waktu, tapi aku salah. Aku salah berpikir kalau bisa melupakannya, karena sejak event itu selesai sampai saat ini pun kuakui, aku masih menyimpan rasa padanya. Cara dia memperlakukanku, itu tidak bisa dibilang perlakuan seorang teman. Sepertinya kami sudah memasuki episode yang salah dalam hubungan ini. ini bukan teman, juga bukan pacar. Tanpa mengkomitmenkan, kami menjalani semua ini.

Sejak event itu berakhir, ku coba redam rasaku. Hingga sebuah kabar mampir. Hubungan mereka beakhir. What???? aku merelakan dia dan mereka putus. Tau begini takkan pernah kurelakan.

Beberapa hari lalu aku bertemu dengan dia. Rasa yang sempat tenang itu pun sontak bergejolak, tak bisa diatur. Seperti rasa lapar yang ditahan bertahun-tahun kemudian bertemu makanan super lezat.

Pertemuan itu berlanjut, meskipun tidak hanya berdua, tapi kami sempat hanya berdua (hiperbolanya begitu, kenyataannya banyak orang tak ku kenal di sekitarku). Aku terdiam, the power of my gemini yang kubanggakan runtuh oleh kehadirannya. Dan efeknya, rasa itu semakin menggila. Semakin tak dapat kukendalikan. Hanya dengan menyebut namanya saja sudah membuatku deg deg an. Ada apa dengan otakku??? Apa sekarang aku sudah gila??

Setiap aktifitas yang kulakukan selalu mengingatkanku padanya, entah itu memasak, beres-beres, nyetrika, nyuci baju, nyuci piring, bahkan ketika sedang baca novelpun, ceritanya membangkitkan ingatanku mengenai kenangan yang pernah aku jalani bersamanya. Dan kalau sudah begini, aku akan dilanda galau berkekuatan super. Lama-lama aku bisa gila karena rasaku padanya.

Tapi kemarin, aku merasa harus mengambil keputusan. Sebuah keputusan sulit yang mau tak mau harus aku ambil. Aku harus melangkah. Aku tak boleh gila oleh suatu pengharapan yang tak ada akhir. Aku tak bisa terus-terusan bergelut dalam dunia ketidakpastian. Memang kuakui aku menyukainya, tapi aku ragu apa aku serius dengannya, itu membuat aku sendiri tak yakin, jika dia menanamkan komitmen, apa aku sanggup meng-iya-kan?? Aku menyukainya, aku senang bersamanya, tapi kami teman. Terima kenyataan itu. hanya itu pilihan teraman buatku.

final, tadi malam kuambil keputusan dengan (berharap) penuh keyakinan, Aku akan akhiri cerita dalam lembaran rasaku padanya, sudah kusiapkan kunci untuk locker hati yang berisi rasaku padanya, akan kusegel semua itu dengan ikhlas dan penuh pengharapan agar tidak lagi berharap. Jalani semua apa adanya.

Meski demikian, aku tidak pernah menyesal pernah menyukai dia, sosok yang bertahan paling lama dalam rasa. Semua kenangan yang pernah kuperoleh dari dia sudah lebih dari cukup untuk menutupi celah rasa di hati. Aku bersyukur mengenal dia, aku bahagia dipertemukan oleh event itu, aku menyukai rasaku padanya. Aku menyukainya dengan cara yang tidak sederhana, it's complicated, tapi aku berharap aku bisa menyukai dia dengan cara yang sederhana saja, agar galau itu tidak lagi menghantuiku.

Maaf rasa, bukan tak ingin memperjuangkanmu, tapi aku juga bisa letih. dan inilah letihku.

Selasa, 02 Agustus 2011

GEMINI kah AKu??

katanya, GEMINI itu tipe yang ekspresif, romantis dan tidak suka menunggu.. tapi kenapa ya?? klo ada di dekat kamu aku jadi seakan lebih kaku dari patung batu sekalipun. gak da ekspresif-ekspresifnya. omonganku gak da yang romantis, lebih menjurus nothing special. uh no!!!! kenapa kelam kali hidupku. dan aku sampai saat ini masih menunggu. menunggu ketidakpastian itu. semua hal yang ntah kapan akan terjadi.



andai aku bisa jujur, andai aku bisa perlihatkan semua apa yang kurasa. andai aku bisa sampaikan apa yang ada di otak ini. dimana tiap selnya tersemat wajahmu (mungkin). andai aku bisa perlihatkan apa yang ada di paru-paru ini, yang tiap alveolusnya menghasilkan nafas akanmu (lebay). tapi sungguh, itu yang aku rasakan. saat berpikir, otak ini memutar wajahmu, membuat aku kangen. saat mencoba melupakanmu, nafas ini jadi sesak. sangat sesak. seakan voucher oksigenku habis. oh God.



kenapa aku tidak terlahir selayaknya gemini yang lain, yang ekspresif dan romantis?? mungkin aku lahir di bulan yang salah. seandainya GEMINI bukan jatahku?? ikhlas saja lah. ini apa adanya aku. dan semoga aku bisa terus bertahan sebagai aku yang seperti ini.AMIN

Jalan Kenangan Versi Aku

tadi tanpa sengaja aku melewati jalan yang pernah kulewati berdua dengan dia. tiba-tiba saja aku teringat dia dan merasa rindu padanya. padahal hanya sebuah jalan, dengan kenangan yang tak habis jari sebelah tangan untuk menghitung berapa kali kami melaluinya, tapi aku sudah terbawa suasana seperti ini.



aku teringat dia, aku kangen dia, dan terang saja dada ini terasa sesak hanya karena mengingatnya. semacam rasa yang tak kumengerti. rasa yang tak dapat ku hapus sampai detik ini. berbagai cara ku coba tuk melupakannya, tapi apa?? semua gagal. bahkan dengan menghindari dan berusaha keras untuk tidak bertemu dengannya. namun sia-sia. itu semua hanya menyiksaku dan perasaan ini.



sepanjang jalan itu, seperti sebuah film slide. kenanganku dengannya bermunculan silih beranti. mulai dari kenangan aku hanya memandangnya sebagai salah satu dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, kenangan pertama kali aku mulai simpatik dengan kepribadiannya, kenangan kami berbagi tawa, sampai kenangan aku memutuskan untuk menyerah akan dirinya.



sungguh aku tidak menyalahkan siapa-siapa saat ini. karena menyerah akan dirinya adalah keputusan yang kubuat sendiri. aku sendiri yang bersikeras kalau kami cukup sebatas teman, tapi kenyataan sebenarnya, hatiku menuntut lebih. sayang ego dan gengsi itu terlalu tinggi. sekarang aku terpuruk sendiri. hanya bisa mengenang kenangan yang sudah kami ukir di beberapa tempat di bumi ini. kenangan yang dulunya begitu nyata, kini hanya tinggal memori di salah satu locker hatiku. ya, aku menyimpannya di salah satu sudut di hati ini, agar terus bisa kurasakan dan tak terlupakan dimakan usia.



hingga ujung jalan itu terlewati rasa sesak itu masih terasa. sepertinya usahaku untuk melupakannya selama ini sia-sia belaka. mungkin benar, butuh waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang. tapi haruskah aku menghabiskan sisa hidupku dengan terus tersiksa oleh perasaanku padanya?? jujur aku tidak sanggup. baru beberapa waktu seperti ini saja aku sudah tak tahan. tolong beri aku jalan untuk keluar dari semua ini. seandainya ada tempat buatku mengubur semua perasaanku padanya.



haruskah aku menceritakan semua ini kepadanya agar merasa lega? tapi aku takut, aku takut menyakiti dan disakiti. aku takut melukai dan terluka. aku takut jika kulakukan hanya akan membuat dia bingung. sungguh aku ingin mengundang kebahagiaan untuk menghampiriku. agar aku bisa lupa bagaimana rasanya sedih dan terluka.



TUHAN TOLONGLAH AKU.

Kamis, 13 Januari 2011

cinta diam-diam


Cinta datang tak diundang, dan kalau sudah datang dia sulit sekali untuk diusir pergi. Dan saat ini aku menyadari bahwa cinta itu menghampiri hidupku. Namun sayang, aku terlalu pengecut untuk mengakuinya. Hingga akhirnya orang yang kucintai sudah mencintai orang lain.
Aku memiliki waktu lebih banyak, aku memiliki kesempatan lebih banyak untuk menarik perhatiannya, aku melalui waktu bersamanya jauuuuuuuhhhhhhhh lebih banyak. Aku berada di dekatnya lebih sering. Aku bercerita dengannya lebih banyak. Dia cerita denganku lebih banyak. Namun aku jauh lebih pengecut untuk menunjukkan bahwa aku menyukainya ketimbang wanita itu. Hingga akhirnya aku harus menyerah akan perasaanku.
Aku pengecut. Sungguh aku bodoh. Ini bukan pertama aku melepas rasaku dan tenggelam dalam keterpurukan karena kepengecutanku. Aku sedih melihat diriku sendiri. Aku sedih melihat keadaanku. Aku tak menjaga perasaan siapa-siapa, aku menjaga perasaanku sendiri, karena aku takut kecewa. Aku terus menunggu dan menunggu hingga akhirnya muncul orang lain yang menurutku merebut dia dariku. Meski aku tau dia tak pernah kumiliki.
Namun tanpa atau dengan adanya wanita itu belum tentu juga aku dapat memilikinya, karena aku tak pernah tau apakah dia juga dihampiri oleh rasa cinta yang sama seperti yang menghampiriku. Namun sungguh aku terpuruk, aku hancur ketika melihat mereka bersama. Aku tak tau egoiskah ini??? dia bukan milikku dan tak pernah jadi milikku, tapi aku sungguh cemburu melihat kemesraan mereka. Aku selalu berhasil menunjukkan wajah “tidak ada apa-apa” di hadapan mereka. Aku bisa so innocent. Namun sungguh, hanya Tuhan dan aku yang tau, hati ini hancur luruh remuk. Seakan takkan bersisa untuk merasakan bahagia lagi. Duniaku hancur ketika kulihat wanita itu merangkulnya. Aku merasa seakan vertigo-ku menyerang tiada ampun ketika mereka saling menyapa “sayang” dihadapanku.
Tuhan, egoiskah aku jika aku jadi membenci hubungan mereka???
Aku tau dia tidak pernah kumiliki. Tanpa ataupun dengan adanya, aku tak pernah tau apakah aku mampu mendekatinya seperti wanita itu. Aku menyesali diriku sendiri. Aku menyesali kebodohanku. Aku menyesali kepengecutanku. Aku terlalu takut untuk kecewa. Aku merasa “hubungan” seperti ini pun sudah cukup buatku, namun ternyata tidak, ketika wanita itu hadir, aku menyadari, aku ingin jadi wanita paling penting di hidupnya setelah keluarganya. Salahkah jika aku ingin memonopoli dirinya???
Pernah suatu hari dia bertanya padaku, apa aku marah?? Dan aku bingung harus menjawab apa. Aku takut salah menjawab. Aku bingung kearah mana maksud pertanyaannya. Jika yang dia maksud marahkah aku karena dia jadian dengan wanita itu, maka hatiku akan menjawab “iya, aku marah. Aku sedih. Ingin menangis hingga air mata ini kering”, tapi lagi-lagi aku hanya menunjukkan wajah so innocent dan balik bertanya “maksudnya??”
Dan pertanyaan itu masih menggantung dalam hatiku. Mengapa dia harus bertanya seperti itu???
Beberapa hari lalu seorang teman bilang padaku, TTM (teman tapi mesra) itu menyedihkan. Ketika kutanya kenapa, dia bilang “ya sedihlah, dibilang pacaran bukan, dibilang teman tapi lebih”. Dan itulah yang kurasakan. Dan begitulah posisiku. Menyedihkan. Cinta diam-diam, hanya Tuhan dan aku yang tau.
Mungkin dia tak pernah menyadari, aku cemburu. Tapi aku harus sadar, aku bukan siapa-siapa untuk merasa cemburu. Aku hanya seorang teman. Teman yang merasa lebih. Dan itu sungguh menyedihkan.

Jika dia cintaimu Melebihi cintaku padamu Aku pasti rela untuk melepasmu Walau ku tau ku kan terluka
Jikalau semua berbeda Kau bukanlah orang yang kupuja Tetapi hatiku telah memilihmu Walau kau tak mungkin tinggalkannya
Jadikan aku yang kedua Buatlah diriku bahagia Walau pun kau takkan pernah Kumiliki selamanya
*Astrid, Jadikan Aku yang Kedua.

Selasa, 20 Juli 2010

surat untuk Joy...

ada seorang teman. aku merasa tidak begitu dekat dengannya. kami kenal karena sama-sama pecinta alam. sama-sama mengikuti ekskul sispala di sekolah masing-masing.
kami pernah terlibat dalam satu kepanitiaan dalam lingkup pecinta alam se-indonesia (TWKM-Mahasiswa se indonesia). sejak itu aku mulai ngobrol dengannya.
sejak saat itu aku kenal dia. kami sering terlibat dalam kegiatan yang sama. mulai dari lomba sampai sekedar kemah keakraban antar sispala.
sejak lulus sma aku meninggalkan dunia pecinta alam. bukan berarti aku tidak cinta alam lagi, hanya saja aku ingin fokus ke kuliahku. kuliah tak sama dengan sma. itulah yang ada dalam pikiranku dulu.
sejak itu pula aku tidak lagi ketemu dia. tidak ada komunikasi. tambah lagi handphone-ku hilang, semua nomor teman semasa sma ku ikut hilang. untunglah aku bisa memperoleh nomorku kembali di grapari, meskipun aku tidak bisa menghubungi mereka, mereka tetap bisa menghubungiku.
beberapa bulan belakangan, dia menghubungiku. dia bilang dia sakit. akibat jatuh waktu spidernet semasa sma dulu mulai parah sekarang. dokter tidak ada yang tau apa nama penyakitnya. bahkan dia sudah sampai berobat ke jakarta dan tetap tidak ada dokter yang bisa menganalisa penyakitnya. dugaannya hanyalah karena jatuh masa sma dulu.
aku tidak akrab dengan dia, itu dari sudut pandangku. tapi sejak dia nelpon dan cerita mengenai keadaannya, dia jadi sering nelpon aku. dan setiap kali itu pula dia minta aku menjenguknya. tapi aku terlalu sibuk dengan duniaku sehingga tidak begitu mengindahkan permintaannya. lagi pula aku baru sekali ke rumahnya dan sekarang sudah lupa. dia pernah memintaku ngajak dua orang temanku lagi sesama pecinta alam. kami bertiga sering terlibat dalam satu kegiatan dengan dia.
terakhir dia menelponku dengan nomor yang berbeda, ujung ceritanya masih sama, dia ingin aku menjenguknya. tapi aku lagi sibuk sekali dengan ppl ku. kubilang akan kuusahakan, tapi akhirnya aku lupa sampai hari ini.
baru saja aku dapat telpon dari nina, juniorku di sispala sma dulu, dan sms dari amel, teman seangkatanku di sispala dulu. mereka berdualah teman yang diinginkannya untuk kuajak menjenguknya. apa yang disampaikan nina dan amel sama. kabar bahwa dia, joy, meninggal tadi sore.
mendengar kabar itu aku jadi ingat semua. aku jadi ingat keinginan joy mendesakku untuk menjenguknya. berkali-kali dia minta, tapi aku tidak begitu menanggapi dengan serius. aku terlalu sibuk dengan duniaku. sekarang joy sudah tiada. menangis juga percuma. menyesal juga tidak ada artinya. tapi tetap saja aku sedih dan sangat menyesal.
aku merasa bersalah. bukan hanya pada diriku, tapi juga pada joy dan orang-orang yang sayang sama joy. padahal dia sangat ingin ketemu, dia ingin bertemu temannya, tapi aku malah mengabaikan, hingga joy pergi tanpa sempat bertemu.
maaf
maaf
maaf
aku sayang joy.. aku kehilangan joy.. aku sedih tidak bisa memenuhi keinginan terakhirnya sebagai temannya..
hari ini aku menyadari satu hal... hanya aku yang menganggap kami tidak berteman dekat, tapi Joy, dia menganggapku sebagai sahabatnya, aku terlambat menyadari. dan jelas aku sudah menyakitinya. seharusnya aku ada ketika dia berjuang dalam sakitnya.
maaf. aku sudah melakukan kesalahan yang luar biasa menyakitkan untukku jalani.
penyesalan yang selama ini tak pernah terbayangkan akan aku rasakan.
ini pertama untukku dan aku akan berusaha agar tak mengulanginya lagi.
joy,
seandainya aku bisa menarik waktu, aku akan mengulangi kembali masa ketika joy nelpon aku, minta aku menjengukknya. seandainya saja bisa, aku akan memperbaiki semua ini. agar tidak ada penyesalan seperti saat ini.
we love you, Joy...
maaf tidak bisa memenuhi keinginan terakhirmu..
kita sahabat. aku menyadari itu hari ini.
sayang terlambat..